
Wine telah menjadi simbol budaya, kemewahan, dan warisan sejarah selama ribuan tahun. Namun, apa jadinya jika kita bisa menikmati segelas “wine” tanpa setetes pun anggur, tanpa kebun, dan tanpa fermentasi? Di San Francisco, sebuah perusahaan bernama Ava Winery memimpin revolusi ini. Mereka tidak membuat wine seperti yang kita kenal selama ini, melainkan menciptakan ulang wine dari bahan kimia food-grade melalui pendekatan molekuler. Apakah ini masa depan wine, atau hanya ilusi dari teknologi modern?
Apa Itu Ava Winery?

Ava Winery adalah startup teknologi pangan yang lahir dari sebuah ide gila: Bagaimana jika kita bisa membuat wine tanpa harus menanam anggur? Tujuan mereka bukan membuat alternatif minuman anggur, tetapi meniru rasa, aroma, dan tekstur wine klasik secara ilmiah, dengan bahan-bahan sintetis yang aman dikonsumsi.
Berbasis di San Francisco, Ava Winery memanfaatkan rekayasa molekuler untuk menciptakan wine dari nol. Alih-alih fermentasi buah dan proses penuaan di tong kayu, mereka menggunakan air, etanol, asam, tanin buatan, dan senyawa ester aroma untuk merakit rasa wine seperti menyusun lego.
Proses Pembuatan: Rasa Wine dari Laboratorium
Untuk memahami bagaimana mereka bekerja, bayangkan ahli kimia yang sedang menyusun puzzle. Setiap keping puzzle adalah senyawa aroma dan rasa yang biasa terdapat dalam wine asli. Tujuannya: menciptakan kembali profil rasa wine klasik—seperti Sauvignon Blanc, Pinot Noir, atau Champagne.
1. Analisis Kimia Wine Asli
Pertama, mereka menganalisis komposisi kimia dari wine tradisional menggunakan teknik seperti gas chromatography dan spectroscopy. Mereka menemukan ratusan senyawa aroma yang membentuk karakteristik khas wine:
- Ester seperti ethyl hexanoate (aroma apel)
- Aldehida untuk kesegaran
- Asam tartarat dan malat untuk keasaman
- Tanin untuk struktur dan kepahitan
- Etanol sebagai dasar alkohol
2. Rekayasa Ulang
Selanjutnya, semua senyawa tersebut direkayasa menggunakan bahan kimia food-grade yang umumnya digunakan juga di industri makanan dan parfum.
Komposisi utama:
- Air
- Alkohol murni (etanol)
- Asam sitrat atau tartarat
- Tanin sintetis
- Senyawa aroma sintetis
3. Mixing dan Adjusting
Mereka mencampurkan semuanya dalam takaran presisi tinggi. Setelah dicoba, tim ahli akan menyempurnakan rasio sampai mereka merasa hasilnya “mendekati” wine yang ditiru.
Apa Rasa Wine Ini Seperti Wine Asli?
Menurut berbagai review jurnalis dan pengamat minuman:
- Versi awal Ava Winery disebut “mirip, tapi tidak cukup dalam”
- Tidak ada kompleksitas seperti wine yang sudah tua atau dari terroir tertentu
- Terasa lebih “bersih” dan “steril”, hampir seperti soda alkohol ringan rasa wine
Meski begitu, teknologi mereka terus berkembang dan mereka telah memperbaiki versi awal menjadi lebih halus dan menyerupai wine vintage.
Mengapa Ini Menarik?
1. Cepat dan Murah
Wine biasa butuh waktu: menanam anggur, panen, fermentasi, aging di barrel selama tahun-tahun. Ava bisa bikin “wine” dalam hitungan hari.
2. Tanpa Cuaca dan Lahan
Tidak perlu tergantung cuaca, musim, atau iklim. Ini bisa dilakukan dimana saja, bahkan di luar angkasa (secara teori).
3. Lingkungan Lebih Ramah
Produksi wine tradisional butuh air dan lahan besar. Dengan teknologi molekuler, dampaknya terhadap alam bisa ditekan.
4. Replikasi Rasa
Bayangkan bisa menikmati “versi molekuler” dari Chateau Margaux tahun 1982—tanpa harus membayar jutaan rupiah. Secara teori, rasa itu bisa direplikasi ulang di lab.
Tapi… Apa Itu Masih Wine?
❌ Tidak, Secara Hukum
Berdasarkan peraturan di banyak negara (Eropa, AS, Asia), produk Ava Winery tidak boleh disebut wine, karena:
- Tidak berasal dari fermentasi buah
- Tidak melalui proses tradisional
Produk mereka harus dikategorikan sebagai minuman beralkohol tiruan atau rekayasa rasa wine.
🤔 Secara Budaya dan Filosofi?
Banyak penikmat wine sejati berkata bahwa wine itu:
“Lebih dari sekedar rasa. Itu tentang sejarah, asal-usul, fermentasi, dan emosi.”
Dalam hal ini, Ava Winery lebih seperti membuat replika rasa, bukan menciptakan makna.
Apa Kata Dunia?
Beberapa pihak menyambut hangat:
- Cocok untuk generasi muda yang tidak peduli soal tradisi wine
- Bisa menjadi alternatif di negara yang tidak punya kebun anggur
- Potensial untuk membuat wine tanpa alkohol dengan rasa tetap mirip
Sementara banyak yang skeptis:
- Apakah etis membuat tiruan produk budaya ribuan tahun?
- Apakah ini hanya marketing gimmick untuk minuman ringan rasa anggur?
Masa Depan Wine Molekuler
Teknologi rekayasa rasa seperti ini bukan hanya bisa diterapkan untuk wine, tapi juga:
- Whisky
- Cognac
- Bir
- Bahkan minuman non-alkohol dengan rasa spesifik dari “vintage” terkenal
Startup seperti Ava Winery mungkin akan memimpin pasar minuman masa depan, di mana “tanpa bahan aslinya” bukan lagi masalah, selama rasa dan pengalaman tetap bisa dikopi.
Kesimpulan
Ava Winery adalah pionir dalam menciptakan wine molekuler yang membuka mata dunia akan kemungkinan baru dalam industri minuman. Walaupun belum menggantikan wine asli dalam aspek budaya dan cita rasa kompleks, eksperimen mereka menunjukkan bahwa rasa dapat direkayasa, dan kenikmatan bisa dibentuk ulang secara ilmiah.
Apakah ini akhir dari tradisi? Tidak. Tapi ini adalah awal dari bab baru dalam sejarah minuman.
Baca juga :
Beetroot Wine – Wine dari Bit, Alternatif Sehat dengan Warna yang Memikat