
Kadang kita minum wine karena ingin bersantai, kadang karena ikut-ikutan tren. Tapi ada satu momen yang benar-benar mengubah cara saya melihat wine—dan itu terjadi di sebuah dusun kecil di lembah Wachau, Austria.
Saya tidak merencanakan perjalanan ke sana. Awalnya hanya mengikuti jalur wisata biasa. Tapi seorang teman lokal berkata, “Kalau kamu belum coba Grüner Veltliner Smaragd langsung dari Wachau, kamu belum tahu rasa sebenarnya.” Saya penasaran, tentu saja. Lalu sampailah saya di sebuah kilang anggur kecil, di mana semuanya serba sederhana—meja kayu, dinding batu, dan senyum hangat pemilik kebun.
Saya ingat saat dia menuangkan wine itu ke gelas kecil bening. Warnanya terang, keemasan tapi lembut. Saya mengangkatnya ke hidung, dan aroma seperti campuran apel, daun herbal, dan… entahlah, mungkin seperti udara pagi yang segar setelah hujan.
Saya menyeruputnya, dan saat itu juga saya tahu—ini bukan sekadar minuman. Ini adalah rasa yang pelan-pelan membuka diri, tidak terburu-buru. Seperti seseorang yang tak banyak bicara, tapi setiap katanya bermakna.
Rasanya? Sulit Dijelaskan, Tapi Tidak Sulit Disukai

Grüner Veltliner Smaragd tidak langsung ‘meledak’ di mulut seperti beberapa wine lainnya. Tapi justru itu yang saya suka. Dia halus, tenang, tapi punya lapisan rasa yang terus berkembang.
Awalnya ada keasaman yang menyegarkan, seperti gigitan apel hijau. Lalu muncul rasa lada putih dan sedikit rasa tanah basah, seolah membawa saya kembali ke kebun anggur tempat saya pertama kali mencobanya.
Yang saya kagumi, wine ini bisa ‘berbicara’ tanpa harus berteriak. Ia tidak mencoba menonjolkan diri. Tapi justru itu daya tariknya.
Siapa yang Membuat Wine Ini Jadi Begitu Istimewa?
Kalau kamu sempat ke Wachau dan ngobrol dengan para pembuat wine di sana, kamu akan sadar: mereka bukan orang yang suka banyak omong. Mereka lebih suka menunjukkan lewat hasil.
Salah satu nama yang sering disebut adalah F.X. Pichler. Winenya sering dibicarakan, tapi pria tua yang saya temui lebih memilih memelototi tong kayu besar daripada bicara soal penghargaan. “Wine bagus itu bukan soal medali,” katanya sambil membalikkan tutup botol. “Yang penting, kamu mau duduk dan menikmatinya pelan-pelan.”
Ada juga Emmerich Knoll, yang katanya punya gaya lebih klasik. Labelnya ikonik, dan winenya dikenal lebih bersahaja. Tapi buat saya, rasa wine dari Knoll seperti cerita lama yang diceritakan dengan tenang—tidak pernah membosankan.
Makanan yang Cocok? Banyak, Tapi Tidak Semua
Saat saya membawa pulang satu botol dan mencoba memadukannya dengan masakan rumah, saya sadar: Grüner Veltliner Smaragd bukan tipe wine yang cocok dengan semua makanan. Tapi kalau pas, hasilnya luar biasa.
Beberapa yang cocok:
- Kerang saus putih – rasanya seimbang banget dengan keasaman wine.
- Ayam bakar lemon rosemary – aromanya saling mengangkat.
- Asparagus rebus – ini pairing klasik, katanya, dan saya setuju.
- Keju lunak – tapi jangan yang terlalu tajam.
Saya pribadi kurang suka memasangkannya dengan makanan terlalu pedas atau terlalu manis. Seolah wine-nya jadi malu-malu dan mundur ke belakang.
Wine Ini Bisa Disimpan Lama, Tapi Kadang Tak Perlu Menunggu
Ada yang bilang, white wine harus diminum muda. Tapi Smaragd ini beda. Katanya bisa disimpan 10, bahkan 20 tahun, dan wine ini justru berkembang.
Yang tadinya segar dan fruity, bisa berubah jadi madu ringan, kulit jeruk kering, bahkan muncul rasa seperti kacang panggang dan bunga kering. Saya belum sabar menyimpan selama itu. Tapi satu botol yang saya simpan 6 tahun terasa lebih dewasa dari yang pertama. Lebih kalem. Lebih dalam.
Tapi ya… kalau kamu punya satu botol dan merasa hari itu spesial, buka saja. Karena wine ini bukan untuk dikurung.
Kenapa Grüner Veltliner Smaragd Layak Dicoba?
Di tengah dunia wine yang penuh jargon dan gaya, Grüner Veltliner Smaragd adalah pengingat bahwa kadang hal paling kuat justru datang dari yang paling tenang. Ia tidak mencoba memikat dengan rasa berlebihan. Tidak menonjolkan diri. Tapi justru itu daya tariknya.
Kalau kamu suka sesuatu yang bersih, tulus, dan jujur—wine ini seperti teman lama yang tidak banyak bicara tapi selalu bisa kamu percaya.
FAQ – Grüner Veltliner Smaragd dan White Wine Austria
Apakah wine ini manis?
Tidak. Ini adalah white wine kering, tapi aromanya bisa menyiratkan rasa manis alami dari buah matang.
Bisakah dinikmati tanpa makanan?
Sangat bisa. Justru wine ini enak dinikmati perlahan sambil ngobrol atau membaca buku.
Harus disimpan di kulkas?
Kalau belum dibuka, simpan di tempat sejuk dan gelap. Kalau sudah dibuka, lebih baik dihabiskan dalam dua hari.
Apakah semua Grüner Veltliner termasuk Smaragd?
Tidak. Smaragd adalah label kualitas tertinggi dari wilayah Wachau, untuk wine dengan konsentrasi rasa dan tingkat kematangan tinggi.
Berapa harga rata-ratanya?
Mulai dari €25 untuk yang biasa, hingga di atas €100 untuk produsen top dan tahun terbaik.
Penutup: Pelajaran dari Sebotol White Wine
Dari semua wine yang pernah saya coba, Grüner Veltliner Smaragd adalah satu-satunya yang membuat saya berhenti sejenak, diam, dan berpikir. Bukan hanya soal rasa, tapi soal proses. Tentang bagaimana anggur tumbuh perlahan, dipetik dengan hati-hati, dan berubah jadi sesuatu yang bisa membawa rasa damai dalam segelas kecil.
Kalau suatu hari kamu menemukan botol ini di rak wine, jangan langsung lewat. Beli. Simpan. Dan kalau sudah waktunya, buka dan nikmati. Tapi jangan terburu-buru. Minum pelan-pelan. Karena seperti hidup, yang baik memang butuh waktu.
Baca juga :
Wine Château Mornag: Keunikan, Rasa, dan Sejarah Anggur Tunisia yang Elegan